Sabtu, 08 Juni 2013

Resensi Novel Sebelas Patriot


Judul Buku/Novel        : Sebelas Patriot
Pengarang                   : Andrea Hirata
Penerbit                       : PT. Bentang Pustaka
Tahun terbit                 : Juni 2011
Cetakan                       : Pertama
Jenis buku                   : Fiksi
Jumlah halaman           : 108 Halaman
ISBN                          :  978-602-8811-52-1
Resensator                  :  Muhammad Yoga

SEBELAS PATRIOT
(ANDREA HIRATA)
A.    Sinopsis
                   Di kepulauan Belitong tinggal keluarga sederhana. Seorang anak laki-laki yang bernama Ikal menemukan sebuah foto album di bawah tumpukan pakaian bekas di rumahnya. Tetapi ibunya melarang dan melontarkan peringatan yang membuat Ikal semakin ingin melihat foto album itu. Ia mencari-cari album yang disembunyikan ibunya dan menemukannya kembali di atas sebuah almari. Dan dalam album terdapat seseorang yang sedang memegang sesuatu, dalam hati Ikal bertanya-tanya tentang seseorang itu. Karena foto itu sudah bertahun-tahun maka seseorang dalam foto itu tidak bisa dikenalinya karena pada foto bagian wajahnya tak jelas. Ia pun semakin bingung kenapa pula ibunya melarangnya untuk menyentuh album tersebut. Akhirnya ia pergi menemui Pemburu Tua yaitu Pak Cik yang merupakan teman orang tuanya. Pak Cik pun terkejut ketika melihat foto itu, ia mengatakan pada Ikal bahwa seseorang itu adalah Ayah Ikal. Pemburu Tua pun menceritakan kisah lama tentang Ayah Ikal dengan mata berkaca-kaca.
                   Pemburu pun mengawali ceritanya, dengan menceritakan tiga bersaudara yang masing-masing berusia 13, 15, dan 16 tahun yang dipaksa kerja rodi menggantikan ayah mereka untuk bekerja di Parit Tambang waktu penjajahan Belanda. Tetapi di tengah Olahraga yang telah dipolitisi dan tekanan batin Olahragawan Lokal, tiga saudara itu berhasil mengangkat pamor unit tambang dalam bidang Distric Beheerdeer. Mereka hebat dan lihai bermain sepak bola. Padahal unit Parit Tambang adalah unit yang paling terhinakan dalam segala seginya. Unit itu merupakan tempat buangan bagi orang yang tak terpakai di unit-unit lain pada masa penjajahan Belanda. Tak ada yang dimanfaatkan dari mereka selain tenaganya. Mereka diperlakukan penjajah bak kuda beban. Tak ada rasa hormat kemanusiaan dan penghargaan harkat manusia disana. Kuli Parit Tambang adalah pekerja kasta terendah.
                   Kabar soal kehebatan tiga bersaudara itu pun akhirnya sampai ketelinga Van Holden (pemimpin Distric Beheerder) yang membawahi wilayah ekonomi pulau Bangka dan Belitong. Ia lebih kejam dari tentara-tentara Belanda itu sendiri. Dalam peringatan hari ulang tahun Ratu Belanda tahun berikutnya, Van Holden sengaja datang ke lapangan sepak bola untuk menyaksikan anak-anak muda itu bermain. Van Holden terpanah. Si sulung bertindak selaku gelandang. Adik tengahnya melesat di posisi kanan luar, dan si bungsu yang berusia 14 tahun amat gemilang sebagai pemain sayap kiri. Dengan pelatih Amin sebagai pelatih tiga saudara itu yang juga merupakan kuli Parit Tambang. Tiga saudara itu amat kompak bahu-membahu membentuk segitiga serangan maut dilapangan hijau. Van Holden bergidik. Tiga saudara yang simpatik, baik penampilan maupun sportivitasnya, dan kisah hidupnya yang memilukan telah menjadi buah bibir. Mereka adalah hiburan, kekuatan, dan inspirasi bagi rakyat jelata untuk menahankan derita penjajahan yang tak berkesudahan.
                   Van Holden menyaksikan sendiri bahwa anak-anak muda itu melesat bak bintang kejora dimata rakyat dan segera dirasakannya sebagai ancaman yang tidak main-main. Van Holden bukanlah sekadar utusan VOC, namun politisi utusan Ratu Belanda. Baginya, setiap aspek termasuk sepak bola adalah politik dan dia akan menggunakannya untuk satu tujuan yaitu melanggengkan pendudukan Belanda. Lebih dari itu, tim sepak bola gabungan Belanda tak pernah dapat dikalahkan tim mana pun. Maka tiga saudara itu telah mengancamnya dari dua penjuru, yaitu simpati pada mereka perlahan-lahan berkembang menjadi lambang pemberontakan dan anak-anak muda itu terang-terangan mengancam kejayaan tim sepak bola Belanda.
                   Pada pertandingan-pertandingan selanjutnya, tiga saudara dilarang tampil dalam setiap pertandingan. Posisi tim Parit yang telah berada di ambang kemenangan kompetisi menjadi kritis. Tetapi dalam sebuah pertandingan, mereka nekat tampil. Mereka tak menghiraukan bahaya yang bahkan dapat mengancam jiwa. Karena mereka tahu bahwa sepak bola sangat berarti bagi rakyat jelata yang mendukung mereka. Lapangan bola adalah medan pertempuran untuk melawan penjajah.
                   Esoknya, pelatih Amin dan tiga saudara keluar dari tangsi dalam keadaan babak belur. Sejak itu pelatih Amin dilarang terlibat dalam sepak bola. Karena dianggap bertanggungjawab pada adik-adiknya, si sulung dibuang kerja paksa kesebuah pulau untuk membangun dermaga bersama si saudara tengah yang telah mencetak gol dalam pertandingan. Si bungsu, dia kembali bekerja rodi di Parit Tambang. Lalu terdengar kabar bahwa si bungsu dipanggil Van Holden untuk memperkuat tim Belanda dalam sebuah pertandingan persahabatan sesama orang Belanda. Tetapi pada hari yang telah ditentukan si bungsu tidak hadir dan menolak bergabung dengan tim penjajah kaumnya. Dengan membangkangnya si bungsu itu mengakibatkan dia di angkut ke tangsi. Beberapa hari kemudian tentara mencampakkannya keluar gerbang tangsi dalam keadaan luka parah. Lalu seperti kedua abangnya, dia dibuang bersama para narapidana kesebuah pulau di barat Belitong untuk membangun mercusuar.
                   “Rakyat putus harapan. Sulit mengharapkan tiga saudara itu kembali kekampung dalam keadaan hidup. Si bungsu yang diseret ke Parit Tambang sejak berusia 13 tahun, seorang pemain sepak bola sayap kiri berbakat alam luar biasa, yang berlari sederas menjangan, yang mampu melewati tiga pemain belakang lalu menendang bola sekuat kanon dengan kaki kirinya, yang dibuang Belanda bersama narapidana kepulau terpencil karena membangkang, yang menolak untuk takluk, adalah ayahmu”, kata si pemburu kepada Alkil.
                   Pemburu mengusap-usap foto itu sambil bersedih dan tercenung. Ia pun berkata, “Pelatih Amin, Ayahmu, dan abang-abangnya, mereka dikurung selama seminggu. Ayahmu pulang dengan tempurung kaki kiri yang hancur. Dia takkan pernah bisa bermain sepak bola lagi”. Alkil tertegun dengan tangan yang bergetar memegang foto ayahnya itu. Ia pun mengerti dan paham mengapa ibunya melarangnya untuk menyentuh foto album itu, dan mengapa ayahnya mempunyai banyak luka di punggungnya serta kenapa ayahnya kalau berjalan terpincang-pincang. Alkil bergegas pulang untuk menemui ayahnya. Sesampai dirumahnya, ia melihat ayahnya berada di pekarangan sedang membenahi sepeda. Alkil berlari memeluk erat ayahnya dari belakang. Ia menangis tanpa penjelasan lebih kepada ayahnya. Dirinya mengerti mengapa ayahnya juga sering mengajaknya menonton sepak bola terutama kalau PSSI sedang bertanding. Waktu menonton, sepanjang pertandingan ayahnya tak berkedip disertai dengan kaki kiri yang bergerak-gerak. Dalam hati, Alkil ingin menggantikan ayahnya, dia ingin menjadi pemain junior PSSI.
                   Pada musim penerimaan pemain baru di kampungnya, Alkil mendaftarkan diri menjadi pemain junior yang dibina oleh pelatih Toharun. Dalam sebuah pertandingan, ia berhasil mencetak gol setelah beberapa kali klubnya terkalahkan dan hampir tersingkir dari kompetisi. Gol itu ia persembahkan kepada ayah tercintanya selain untuk klubnya. Dua langkah lagi untuknya bisa menjadi pemain junior PSSI. Akhirnya ia berhasil menjadi pemain junior Provinsi Sumatera Selatan. Dia sangat senang. Tetapi ia gagal dalam seleksi selanjutnya, dia tidak bisa menjadi pemain junior PSSI. Ia patah semangat tetapi ayahnya selalu membangkitkan semangatnya kembali walau dirinya harus absen dulu dalam bermain sepak bola.
                   Alkil kian dewasa dan ayahnya kian tua. Usai SMA Alkil merantau dan terakhir ia berada dalam sebuah kelas di Universitas Sarbonne, Prancis. Musim panas, ia dan sepupunya akan menghabiskan waktunya di Eropa dan Afrika dengan tujuan utama adalah Madrid karena ia ingin membelikan ayahnya sebuah kaos bertuliskan Luis Figo klub kegemaran ayahnya yang kedua setelah PSSI yaitu Real Madrid. Karena uang yang tidak mencukupi, ia harus bekerja keras dengan menjadi pengamen, menjadi tukang cat, tukang angkat-angkat furniture, dan menjadi pemungut bola sampai akhirnya ia bisa membeli kaus untuk ayahnya. Alkil mengirimnya serta mengirim surat untuk ayah tercinta yang sangat ia rindukan.
B.     Latar Belakang Pengarang
Setamat SMA, ia merantau ke Jawa, melanjutkan studi di FE-UI. Seusai meraih gelar sarjana ekonomi, ia berhasil mendapatkan beasiswa dari Uni Eropa untuk mengambil gelar master di Universite de Paris Sorbonne, Perancis serta Sheffield Hallam University, di Inggris. Setelah menyelesaikan studi S1 di UI, Andrea yang kini masih bekerja di kantor pusat PT Telkom ini mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi Master of Science di Université de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom.
Sejak menerbitkan novel pertamanya Laskar Pelangi (2006), Andrea Hirata melejit bagai meteor. Karya-karyanya Tetralogi Laskar Pelangi dan Dwilogi Padang Bulan laku keras.Tiga bukunya Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris, masing-masing dengan judul Rainbow Troops, Dreamer dan Edensor.
Bahkan awal 2010, Andrea sudah merintis sejarah baru pemasaran buku karya-karyanya melalui global marketing. Novel produksi Indonesia tidak hanya dipasarkan di tanah air tapi juga di manca negara. Andrea Hirata menjadi icon penulis best seller Indonesia awal abad ke-21.
C.    Kelebihan Novel Sebelas Patriot
a.       Memiliki amanat atau pesan moral yang sangat menyentuh hati yaitu cinta akan tanah air Indonesia, seberat apa pun penderitaan yang ditanggung, sesakit apa pun jiwa dan raga  tetap tanah air Indonesia. Rasa patriotisme yang sangat dijunjung tinggi, semangat yang tak terpatahkan, pengorbanan yang tulus, mewajibkan novel ini harus dibaca oleh seluruh kalangan masyarakat Indonesia terutama olahragawan Indonesia sebagai inspirasi dan motivasi untuk menjalankan kehidupan masa mendatang yang lebih baik.
b.      Dalam novel ini penulis menggunakan dan  menggabungkan beberapa aliran sastra seperti idealisme,dan expresionisme. Idealisme seperti pada kutipan kalimat “Dalam hati, Alkil ingin menggantikan ayahnya, dia ingin menjadi pemain junior PSSI”. Dalam kalimat tersebut ada angan-angan atau cita-cita yang ingin dicapai oleh Alkil. Angan-angan/ cita-cita itulah yang merupakan ciri dari aliran Idealisme/ adanya ide-ide pengarang. Sedangkan expresionisme terdapat dalam kutipan kalimat dibawah ini.
“Tiga saudara yang simpatik, baik penampilan maupun sportivitasnya, dan kisah hidupnya yang memilukan telah menjadi buah bibir. Mereka adalah hiburan, kekuatan, dan inspirasi bagi rakyat jelata untuk menahankan derita penjajahan yang tak berkesudahan.... Rakyat putus harapan. Sulit mengharapkan tiga saudara itu kembali kekampung dalam keadaan hidup. Si bungsu yang diseret ke Parit Tambang sejak berusia 13 tahun, seorang pemain sepak bola sayap kiri berbakat alam luar biasa, yang berlari sederas menjangan,....”.

Kutipan kalimat diatas merupakan pengungkapan perasaan, gejolak jiwa/ emosi jiwa seorang penulis yang dituangkan dalam karya sastra tersebut.
a.      Novel “Sebelas Patriot” karya Andrea Hirata ini memiliki gaya bahasa sehingga membuat karya sastra ini memiliki nilai estetik/ keindahan.  Seperti pada kalimat”Van Holden menyaksikan sendiri bahwa anak-anak muda itu melesat bak bintang kejora dimata rakyat...Mereka diperlakukan penjajah bak kuda beban....”. Pada kata yang bergaris bawah dalam kutipan kalimat diatas merupakan salah satu majas perbandingan yaitu perumpamaan yang ditandai oleh kata antara lain bak. Sesuai hakikatnya bahwa karya sastra yang bernilai yaitu memiliki nilai moral yang terkandung serta nilai keindahan atau estetik yang ditampilkan.
b.      Sebelas Patriot bisa dikatakan bahwa novel ini beraliran realisme/ kenyataan, karena dalam novel ini pengarang menggambarkan/ melukiskan kejadian tentang peristiwa-peristiwa waktu penjajahan Belanda di Indonesia dan hal itu merupakan fakta sejarah bangsa Indonesia. Contoh dalam kutipan kalimat dibawah ini.
Van Holden menyaksikan sendiri bahwa anak-anak muda itu melesat bak bintang kejora dimata rakyat dan segera dirasakannya sebagai ancaman yang tidak main-main. Van Holden bukanlah sekadar utusan VOC, namun politisi utusan Ratu Belanda. Baginya, setiap aspek termasuk sepak bola adalah politik dan dia akan menggunakannya untuk satu tujuan yaitu melanggengkan pendudukan Belanda....”.
Tetapi pengarang dalam karyanya ini juga tidak segan-segan membubuhi karya sastranya dengan imajinasi/ expresi dari pengarang. Karena novel itu sendiri lahir bukan hanya dari kenyataan melainkan gabungan kenyataan dengan imajinasi pengarang sehingga karya sastra bukan bersifat fiktif imajiner.
D.    Kekurangan Novel Sebelas Patriot
a.      Dalam penulisan karya sastra masih banyak kesalahan pengetikan, serta banyak menggunakan kata-kata yang tidak mudah diserap oleh masyarakat umum. Seperti pada kutipan kalimat”...menendang bola sekuat kanon...Van Holden(pemimpin Distric Beheerder)...bergajul, diatas tikar lais, suara entok (hlm1)...”. kata-kata itu tidak bisa diserap untuk kalangan umum melainkan hanya untuk kalangan terbatas. Pada halaman 17 dalam novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata terdapat kesalahan pengetikan di awal paragraf yaitu pada kata “kabar” menjadi “sabar” dalam kalimat “Sabar soal kehebatan tiga saudara...”.
b.      Memiliki alur yang bisa mengakibatkan konsentrasi pembaca pecah. Pada novel tersebut dari awal alur sudah terarah secara progresif namun ditengah-tengah cerita alur kembali secara flasback dan secara otomatis itu akan membuyarkan konsentrasi penuh pembaca saat baca. Ketidakpaduan itu terdapat dalam kutipan “waktu demi waktu berlalu...para pemburu melawan dengan meracuni sumur-sumur yang akan dilalui tentara Belanda.....” setelah itu pengarang menceritakan kondisi atau keadaan yang di alami oleh Ikal, “setelah kejadian dengan luak bersama Trapani dan Mahar itu, kami masuk sekolah...”(hlm 6-7). Padahal masih dalam subbab yang sama, tetapi pembahasannya belum terarah secara progresif.
E. Unsur Intrinsik Novel Sebelas Patriot
1.    Alur dan Latar
No.
Alur
Latar
Deskripsi
1
Pengenalan
Suasana : tegang
Lalu aku ditatapnya dengan tajam.
“Nama!”
“Ikal, Pelatih Toharun!”
“Mau main menjadi apa, Boi?”
“Sayap kiri, Pelatih Toharun.”
“Bisa menendang dengan kaki kiri?”
“Insya Allah, Pelatih Toharun.”
(hlm.40)
2
Pengembangan
Suasana : bahagia
Dalam pada itu, Ayah senang tak kepalang mengetahui aku telah berhasil menjadi pemain sepak bola junior Provinsi Sumatra Selatan. Aku merasa bangga, bukan hanya karena lolos seleksi, tapi cara Ayah memandangku mengisyaratkan bahwa aku telah melanjutkan sesuatu yang tak dapat dilanjutkannya dulu. Perasaan itu berarti lebih dari segala-galanya bagiku. (hlm. 55-56)
3
Konflik
Tempat : di dalam sebuah ruangan

Suasana : tegang
Hari pengumuman yang ditunggu-tunggu itu tiba. Ratusan anak dikumpulkan di dalam sebuah ruangan. Nama yang terpilih dipanggil satu per satu. Setiap ada nama yang mirip dengan namaku dipanggil, tubuhku gemetar. Namun sampai jumlah pemain yang diperlukan terpenuhi, aku tak mendengar namaku. (hlm.58)
4
Klimaks
Suasana : sedih
Pada kesempatan usia terakhir untuk pemain junior, aku mengikuti seleksi lagi dan gagal lagi. Pemain-pemain muda lain semakin hebat dan semakin banyak. Tak tampak sedikit pun celah untuk menyalip mereka. Saat itu kusadari bahwa jika aku memang ingin berkarier sepak bola melalui jalur pemain junior PSSI, maka karierku sudah balik kanan bubar jalan, it’s over, finito, wassalam. (hlm.61)
5
Resolusi

Namun, Kawan, menilik keadaanku sekarang, dimana anggota tubuhku telah berkembang semaunya sendiri menyalahi prinsip-prinsip six packs, aku takkan menyalahkanmu, jika¾kau katakan dengan brutal atau sekedar kau sembunyikan dalam hatimu saja¾ bahwa aku membual soal hampir menjadi pemain PSSI itu.
Biarlah, biarlah, sebab selebihnya, aku dan ayahku semakin setia pada PSSI. Silakan kau atau siapa saja, berkata apa. Silakan orang ngomel-ngomel melihat PSSI kalah, cinta kami tetap pada PSSI. (hlm.63-64)

2.    Penokohan
No.
Nama
Watak
Deskripsi
1
Ikal (aku)
- Mudah penasaran
- Suka bertanya-tanya (memiliki rasa ingin tahu yang tinggi)
- Ambisius
- Bersungguh-sungguh
- Gigih dalam menggapai impian
- Tidak mudah putus asa
- Cinta tanah air
Aku curiga, mungkinkah foto inilah yang membuat Ibu melarangku bermain-main dengan album ini? Sebab, ketika memergokiku kemarin, foto itu yang sedang kupandang-pandang. (hlm.8)
Aku ingin sekali tahu kisah dibalik foto itu. (hlm.26)
Jika berpergian bersamanya, mulutku berkicau-kicau dan bertanya-tanya ini-itu, Ayah hanya diam atau tersenyum. (hlm.9)
Demi mengetahui kisah dari pemburu tua tentang ayah, aku makin gemar sepak bola dan tak ada hal lain dalam kepalaku selain ingin menjadi pemain PSSI! Untuk menggantikan posisi Ayah yang telah dirampas Belanda. Aku harus menjadi pemain PSSI! Apapun yang terjadi. (hlm.38)
Aku bahkan berlatih sendiri diluar jadwal Pelatih Toharun. Usai shalat Subuh, aku berlari keliling kampung. (hlm.42)
Lama kutatap, tiba-tiba aku merasa menjadi anak tak berguna jika tahu ada kaos bertanda tangan asli Figo disitu dan aku berlalu tanpa berusaha mendapatkannya demi paman-pamanku¾sang libero dan pemain sayap kanan¾demi Pelatih Amin, demi keseluruhan cinta kami pada sepak bola, dan terutama demi ayahku. (hlm.74)
Ketika Real Madrid berhasil mencetak gol, puluhan ribu penonton berteriak, “Real! Real!” Aku berteriak, “Indonesia! Indonesia!” Adriana berkali-kali menatapku, mungkin takjub melihat bagaimana seseorang yang berasal dari sebuah pulau terpencil di negeri antah berantah bisa berada di tengah ingarbingar Santiago Bernabéu. (hlm.99)
2
Ayah
-Sederhana
-Pendiam
-Penuh kasih sayang
-Tak banyak tingkah
-Pemberani
Maka Ayah, seperti semua orang Melayu itu, hanyalah unsur sederhana dalam kronologi zaman, dan Ayah adalah inti dari kesederhanaan itu karena sikapnya yang sangat pendiam, tak pernah menuntut apa pun dari siapa pun, merasa tak perlu membuktikan apa pun pada siapa pun, selain kasih sayang untuk keluarga, tak banyak tingkah. (hlm.3-4)
Seiring usia aku semakin dekat dengan Ayah, dan Ayah tetaplah Ayah yang pendiam. (hlm.9)
Dia menolak bergabung dengan tim penjajah kaumnya. Dengan membangkang, dia merasa telah membela abang-abangnya, membela bangsanya. Itu sesungguhnya tindakan berani mati yang tak terbayangkan akibatnya. (hlm.23)
3
Pelatih Toharun
- Berwibawa
- Sedikit kejam
- Cerewet
Jika berada di lapanangan sepak bola, wibawa yang terpancar darinya sangat berbeda dari keadaannya sehari-hari sebagai tukang gulung dinamo. (hlm.39)
Pelatih Toharun mendadar tim junior tanpa ampun sampai kami muntah-muntah. (hlm.41)
Pada para defender, Pelatih Toharun sedikit kejam, yaitu mereka disuruh membayangkan diri mereka sebagai buah nangka. (hal.45)
Sebelum pertandingan, kami selalu dimarahinya habis-habisan. Mulutnya cerewet mengingatkan posisi dan tugas kami masing-masing dilapangan. Diancamnya kami dengan pedas agar kami jangan sekali-kali kalah. (hlm.46-47)
4
Adriana
- Ramah
- Murah senyum
- Baik
- Pengertian
“Holá, buenas tardes...,” sapanya. (hlm.72)
Dia memandangku lama. Kelereng biru berawan-awan, lalu dia tersenyum. (hlm.74)
Dia tersenyum. Senyumnya riang. (hlm.85)
Dia tersenyum lebar. Dia tampak senang melihatku melonjak-lonjak (hlm.85)
“Tak tahu mengapa, tapi aku tahu kau pasti datang kembali. Kaos ini kusimpan untukmu.” (hlm.85)
“Mengapa kau yakin aku akan kembali untuk kaos Figo itu?” tanyaku.
Adrian seperti mau menertawakan dirinya sendiri.
“Karena aku tahu rasanya menjadi penggila bola. Aku tahu kau pasti kembali.” (hlm.88-89)
5
Margarhita Vargas
- Tegas
- Kaku
- Baik
Margarhita Vargas berbadan tegap dan tampak sangat fit. Umurnya mungkin 45 tahun dan segala hal tentang dirinya adalah kaku. Rok panjangnya berbahan tebal yang kaku. Kemejanya yang jelas kemeja laki-laki itu kaku. Kerah kemeja itu kaku. Bingkai kacamatanya kaku. Rambutnya yang disemir hitam itu kaku. (hal.80)
“Segeralah ke Madrid,” katanya. Sebelumnya telah kuceritakan padanya soal kaos Figo itu. Disalaminya aku dengan erat. Sebersit tampak kesedihan. Mungkin dia mulai suka aku bekerja sebagai pembantunya.
“Kalau kurang beruntung disana, kembali lagi ke sini.”
“Terima kasih, Nyonya Vargas.” (hlm.83)



3.    Sudut Pandang
Dalam novel ini penulis menggunakan sudut pandang orang pertama.

4.    Tema
Tema dalam Novel Sebelas Patriot ini adalah berkisar seputar sepak bola. Dimana seorang anak mencintai dunia sepak bola, karena terinspirasi oleh ayahnya yang dulu menjadi pemain sayap kiri yang berbakat alam luar biasa saat penjajahan Belanda.

5.    Amanat
·         Cinta sepak bola, adalah cinta buta yang paling menyenangkan.
·         Begitu besar cinta, begitu singkat waktu, begitu besar kecewa, lalu tak ada hal selain menunggu pertandingan berikutnya, lalu bergembira lagi. Sepak bola adalah satu-satunya cinta yang tak bersyarat di dunia ini.
·         Jika ada hal lain yang sangat menakjubkan di dunia ini selain cinta, adalah sepak bola.
·         Prestasi tertinggi seseorang, medali emasnya, adalah jiwa besarnya.
·         Menjadi penggila bola berarti menjadi bagian dari keajaiban peradaban manusia.

F.  Analisis Unsur Ekstrinsik
Andrea Hirata, menghadirkan Sebelas Patriot sebagai novel ketujuhnya dalam bahasa Indonesia. Sebelas Parriot adalah kisah yang menggetarkan dan sangat inspiratif tentang cinta seorang anak, pengorbanan seorang Ayah, makna menjadi orang Indonesia, dan kegigihan menggapai mimpi-mimpi.
Novel Sebelas Patriot adalah karya yang unik karena untuk mendapatkan seluruh impresi secara utuh dari karya ini mesti pula mendengarkan tiga buah lagu yang lirik dan aransemen musiknya diciptakan oleh Andrea Hirata. Lagu-lagu tersebut berjudul “PSSI Aku Datang”, “Sebelas Patriot”, dan “Sorak Indonesia”.
Lagu-lagu itu adalah lagu rakyat yang didesain untuk dinyanyikan bersama-sama, lagu tentang semangat, lagu untuk para suporter, demi meletupkan gelora cinta pada Indonesia, demi mendukung PSSI dan tim olahraga Indonesia saat bertarung. Andrea Hirata mengajak seluruh rakyat Indonesia pecinta PSSI untuk menyebut diri mereka sebagai Patriot PSSI. Cinta PSSI, Cinta Indonesia, salam Patriot PSSI.