Judul Buku/Novel : Sebelas Patriot
Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit : PT. Bentang Pustaka
Tahun terbit : Juni 2011
Cetakan : Pertama
Jenis buku : Fiksi
Jumlah halaman : 108 Halaman
ISBN : 978-602-8811-52-1
Resensator : Muhammad Yoga
SEBELAS PATRIOT
(ANDREA
HIRATA)
A.
Sinopsis
Di kepulauan Belitong tinggal
keluarga sederhana. Seorang anak laki-laki yang bernama Ikal menemukan sebuah
foto album di bawah tumpukan pakaian bekas di rumahnya. Tetapi ibunya melarang
dan melontarkan peringatan yang membuat Ikal semakin ingin melihat foto album
itu. Ia mencari-cari album yang disembunyikan ibunya dan menemukannya kembali
di atas sebuah almari. Dan dalam album terdapat seseorang yang sedang memegang
sesuatu, dalam hati Ikal bertanya-tanya tentang seseorang itu. Karena foto itu
sudah bertahun-tahun maka seseorang dalam foto itu tidak bisa dikenalinya
karena pada foto bagian wajahnya tak jelas. Ia pun semakin bingung kenapa pula
ibunya melarangnya untuk menyentuh album tersebut. Akhirnya ia pergi menemui
Pemburu Tua yaitu Pak Cik yang merupakan teman orang tuanya. Pak Cik pun
terkejut ketika melihat foto itu, ia mengatakan pada Ikal bahwa seseorang itu
adalah Ayah Ikal. Pemburu Tua pun menceritakan kisah lama tentang Ayah Ikal
dengan mata berkaca-kaca.
Pemburu pun mengawali
ceritanya, dengan menceritakan tiga bersaudara yang masing-masing berusia 13,
15, dan 16 tahun yang dipaksa kerja rodi menggantikan ayah mereka untuk bekerja
di Parit Tambang waktu penjajahan Belanda. Tetapi di tengah Olahraga yang telah
dipolitisi dan tekanan batin Olahragawan Lokal, tiga saudara itu berhasil
mengangkat pamor unit tambang dalam bidang Distric Beheerdeer. Mereka hebat dan
lihai bermain sepak bola. Padahal unit Parit Tambang adalah unit yang paling
terhinakan dalam segala seginya. Unit itu merupakan tempat buangan bagi orang
yang tak terpakai di unit-unit lain pada masa penjajahan Belanda. Tak ada yang
dimanfaatkan dari mereka selain tenaganya. Mereka diperlakukan penjajah bak
kuda beban. Tak ada rasa hormat kemanusiaan dan penghargaan harkat manusia
disana. Kuli Parit Tambang adalah pekerja kasta terendah.
Kabar soal kehebatan tiga
bersaudara itu pun akhirnya sampai ketelinga Van Holden (pemimpin Distric
Beheerder) yang membawahi wilayah ekonomi pulau Bangka dan Belitong. Ia lebih
kejam dari tentara-tentara Belanda itu sendiri. Dalam peringatan hari ulang
tahun Ratu Belanda tahun berikutnya, Van Holden sengaja datang ke lapangan
sepak bola untuk menyaksikan anak-anak muda itu bermain. Van Holden terpanah.
Si sulung bertindak selaku gelandang. Adik tengahnya melesat di posisi kanan
luar, dan si bungsu yang berusia 14 tahun amat gemilang sebagai pemain sayap
kiri. Dengan pelatih Amin sebagai pelatih tiga saudara itu yang juga merupakan
kuli Parit Tambang. Tiga saudara itu amat kompak bahu-membahu membentuk
segitiga serangan maut dilapangan hijau. Van Holden bergidik. Tiga saudara yang
simpatik, baik penampilan maupun sportivitasnya, dan kisah hidupnya yang memilukan
telah menjadi buah bibir. Mereka adalah hiburan, kekuatan, dan inspirasi bagi
rakyat jelata untuk menahankan derita penjajahan yang tak berkesudahan.
Van Holden menyaksikan
sendiri bahwa anak-anak muda itu melesat bak bintang kejora dimata rakyat dan
segera dirasakannya sebagai ancaman yang tidak main-main. Van Holden bukanlah
sekadar utusan VOC, namun politisi utusan Ratu Belanda. Baginya, setiap aspek termasuk
sepak bola adalah politik dan dia akan menggunakannya untuk satu tujuan yaitu
melanggengkan pendudukan Belanda. Lebih dari itu, tim sepak bola gabungan
Belanda tak pernah dapat dikalahkan tim mana pun. Maka tiga saudara itu telah
mengancamnya dari dua penjuru, yaitu simpati pada mereka perlahan-lahan
berkembang menjadi lambang pemberontakan dan anak-anak muda itu terang-terangan
mengancam kejayaan tim sepak bola Belanda.
Pada
pertandingan-pertandingan selanjutnya, tiga saudara dilarang tampil dalam
setiap pertandingan. Posisi tim Parit yang telah berada di ambang kemenangan
kompetisi menjadi kritis. Tetapi dalam sebuah pertandingan, mereka nekat
tampil. Mereka tak menghiraukan bahaya yang bahkan dapat mengancam jiwa. Karena
mereka tahu bahwa sepak bola sangat berarti bagi rakyat jelata yang mendukung
mereka. Lapangan bola adalah medan pertempuran untuk melawan penjajah.
Esoknya, pelatih Amin dan
tiga saudara keluar dari tangsi dalam keadaan babak belur. Sejak itu pelatih
Amin dilarang terlibat dalam sepak bola. Karena dianggap bertanggungjawab pada
adik-adiknya, si sulung dibuang kerja paksa kesebuah pulau untuk membangun
dermaga bersama si saudara tengah yang telah mencetak gol dalam pertandingan.
Si bungsu, dia kembali bekerja rodi di Parit Tambang. Lalu terdengar kabar
bahwa si bungsu dipanggil Van Holden untuk memperkuat tim Belanda dalam sebuah
pertandingan persahabatan sesama orang Belanda. Tetapi pada hari yang telah
ditentukan si bungsu tidak hadir dan menolak bergabung dengan tim penjajah
kaumnya. Dengan membangkangnya si bungsu itu mengakibatkan dia di angkut ke
tangsi. Beberapa hari kemudian tentara mencampakkannya keluar gerbang tangsi
dalam keadaan luka parah. Lalu seperti kedua abangnya, dia dibuang bersama para
narapidana kesebuah pulau di barat Belitong untuk membangun mercusuar.
“Rakyat putus harapan. Sulit
mengharapkan tiga saudara itu kembali kekampung dalam keadaan hidup. Si bungsu
yang diseret ke Parit Tambang sejak berusia 13 tahun, seorang pemain sepak bola
sayap kiri berbakat alam luar biasa, yang berlari sederas menjangan, yang mampu
melewati tiga pemain belakang lalu menendang bola sekuat kanon dengan kaki
kirinya, yang dibuang Belanda bersama narapidana kepulau terpencil karena
membangkang, yang menolak untuk takluk, adalah ayahmu”, kata si pemburu kepada
Alkil.
Pemburu mengusap-usap foto
itu sambil bersedih dan tercenung. Ia pun berkata, “Pelatih Amin, Ayahmu, dan
abang-abangnya, mereka dikurung selama seminggu. Ayahmu pulang dengan tempurung
kaki kiri yang hancur. Dia takkan pernah bisa bermain sepak bola lagi”. Alkil
tertegun dengan tangan yang bergetar memegang foto ayahnya itu. Ia pun mengerti
dan paham mengapa ibunya melarangnya untuk menyentuh foto album itu, dan
mengapa ayahnya mempunyai banyak luka di punggungnya serta kenapa ayahnya kalau
berjalan terpincang-pincang. Alkil bergegas pulang untuk menemui ayahnya.
Sesampai dirumahnya, ia melihat ayahnya berada di pekarangan sedang membenahi
sepeda. Alkil berlari memeluk erat ayahnya dari belakang. Ia menangis tanpa
penjelasan lebih kepada ayahnya. Dirinya mengerti mengapa ayahnya juga sering
mengajaknya menonton sepak bola terutama kalau PSSI sedang bertanding. Waktu
menonton, sepanjang pertandingan ayahnya tak berkedip disertai dengan kaki kiri
yang bergerak-gerak. Dalam hati, Alkil ingin menggantikan ayahnya, dia ingin
menjadi pemain junior PSSI.
Pada musim penerimaan pemain
baru di kampungnya, Alkil mendaftarkan diri menjadi pemain junior yang dibina oleh
pelatih Toharun. Dalam sebuah pertandingan, ia berhasil mencetak gol setelah
beberapa kali klubnya terkalahkan dan hampir tersingkir dari kompetisi. Gol itu
ia persembahkan kepada ayah tercintanya selain untuk klubnya. Dua langkah lagi
untuknya bisa menjadi pemain junior PSSI. Akhirnya ia berhasil menjadi pemain
junior Provinsi Sumatera Selatan. Dia sangat senang. Tetapi ia gagal dalam
seleksi selanjutnya, dia tidak bisa menjadi pemain junior PSSI. Ia patah
semangat tetapi ayahnya selalu membangkitkan semangatnya kembali walau dirinya
harus absen dulu dalam bermain sepak bola.
Alkil kian dewasa dan ayahnya
kian tua. Usai SMA Alkil merantau dan terakhir ia berada dalam sebuah kelas di
Universitas Sarbonne, Prancis. Musim panas, ia dan sepupunya akan menghabiskan
waktunya di Eropa dan Afrika dengan tujuan utama adalah Madrid karena ia ingin
membelikan ayahnya sebuah kaos bertuliskan Luis Figo klub kegemaran ayahnya yang
kedua setelah PSSI yaitu Real Madrid. Karena uang yang tidak mencukupi, ia harus
bekerja keras dengan menjadi pengamen, menjadi tukang cat, tukang angkat-angkat
furniture, dan menjadi pemungut bola sampai akhirnya ia bisa membeli kaus untuk
ayahnya. Alkil mengirimnya serta mengirim surat untuk ayah tercinta yang sangat
ia rindukan.
B. Latar Belakang Pengarang
Setamat SMA, ia merantau ke Jawa, melanjutkan studi di FE-UI. Seusai
meraih gelar sarjana ekonomi, ia berhasil mendapatkan beasiswa dari Uni Eropa
untuk mengambil gelar master di Universite de Paris Sorbonne, Perancis serta
Sheffield Hallam University, di Inggris. Setelah menyelesaikan studi S1 di UI,
Andrea yang kini masih bekerja di kantor pusat PT Telkom ini mendapat beasiswa
Uni Eropa untuk studi Master of Science di Université de Paris, Sorbonne,
Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom.
Sejak menerbitkan novel pertamanya Laskar Pelangi (2006), Andrea Hirata
melejit bagai meteor. Karya-karyanya Tetralogi Laskar Pelangi dan Dwilogi
Padang Bulan laku keras.Tiga bukunya Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor
sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris, masing-masing dengan judul
Rainbow Troops, Dreamer dan Edensor.
Bahkan awal 2010, Andrea sudah merintis sejarah baru pemasaran buku
karya-karyanya melalui global marketing. Novel produksi Indonesia tidak hanya
dipasarkan di tanah air tapi juga di manca negara. Andrea Hirata menjadi icon
penulis best seller Indonesia awal abad ke-21.
C.
Kelebihan
Novel
Sebelas Patriot
a. Memiliki
amanat atau pesan moral yang sangat menyentuh hati yaitu cinta akan tanah air
Indonesia, seberat apa pun penderitaan yang ditanggung, sesakit apa pun jiwa
dan raga tetap tanah air Indonesia. Rasa
patriotisme yang sangat dijunjung tinggi, semangat yang tak terpatahkan,
pengorbanan yang tulus, mewajibkan novel ini harus dibaca oleh seluruh kalangan
masyarakat Indonesia terutama olahragawan Indonesia sebagai inspirasi dan
motivasi untuk menjalankan kehidupan masa mendatang yang lebih baik.
b.
Dalam novel ini penulis
menggunakan dan menggabungkan beberapa
aliran sastra seperti idealisme,dan expresionisme. Idealisme seperti pada
kutipan kalimat “Dalam hati, Alkil ingin
menggantikan ayahnya, dia ingin menjadi pemain junior PSSI”. Dalam kalimat
tersebut ada angan-angan atau cita-cita yang ingin dicapai oleh Alkil.
Angan-angan/ cita-cita itulah yang merupakan ciri dari aliran Idealisme/ adanya
ide-ide pengarang. Sedangkan expresionisme terdapat dalam kutipan kalimat dibawah ini.
“Tiga saudara yang
simpatik, baik penampilan maupun sportivitasnya, dan kisah hidupnya yang
memilukan telah menjadi buah bibir. Mereka adalah hiburan, kekuatan, dan
inspirasi bagi rakyat jelata untuk menahankan derita penjajahan yang tak
berkesudahan.... Rakyat putus harapan. Sulit mengharapkan tiga saudara itu
kembali kekampung dalam keadaan hidup. Si bungsu yang diseret ke Parit Tambang
sejak berusia 13 tahun, seorang pemain sepak bola sayap kiri berbakat alam luar
biasa, yang berlari sederas menjangan,....”.
Kutipan kalimat diatas merupakan
pengungkapan perasaan, gejolak jiwa/ emosi jiwa seorang penulis yang dituangkan
dalam karya sastra tersebut.
a.
Novel “Sebelas Patriot”
karya Andrea Hirata ini memiliki gaya bahasa sehingga membuat karya sastra ini
memiliki nilai estetik/ keindahan.
Seperti pada kalimat”Van Holden
menyaksikan sendiri bahwa anak-anak muda itu melesat bak bintang kejora
dimata rakyat...Mereka diperlakukan penjajah bak kuda beban....”.
Pada kata yang bergaris bawah dalam kutipan kalimat diatas merupakan salah satu
majas perbandingan yaitu perumpamaan yang ditandai oleh kata antara lain bak.
Sesuai hakikatnya bahwa karya sastra yang bernilai yaitu memiliki nilai moral
yang terkandung serta nilai keindahan atau estetik yang ditampilkan.
b.
Sebelas Patriot bisa
dikatakan bahwa novel ini beraliran realisme/ kenyataan, karena dalam novel ini
pengarang menggambarkan/ melukiskan kejadian tentang peristiwa-peristiwa waktu
penjajahan Belanda di Indonesia dan hal itu merupakan fakta sejarah bangsa
Indonesia. Contoh dalam kutipan kalimat dibawah ini.
“Van Holden menyaksikan sendiri bahwa anak-anak
muda itu melesat bak bintang kejora dimata rakyat dan segera dirasakannya
sebagai ancaman yang tidak main-main. Van Holden bukanlah sekadar utusan VOC,
namun politisi utusan Ratu Belanda. Baginya, setiap aspek termasuk sepak bola
adalah politik dan dia akan menggunakannya untuk satu tujuan yaitu
melanggengkan pendudukan Belanda....”.
Tetapi pengarang dalam
karyanya ini juga tidak segan-segan membubuhi karya sastranya dengan imajinasi/
expresi dari pengarang. Karena novel itu sendiri lahir bukan hanya dari
kenyataan melainkan gabungan kenyataan dengan imajinasi pengarang sehingga
karya sastra bukan bersifat fiktif imajiner.
D.
Kekurangan
Novel
Sebelas Patriot
a.
Dalam penulisan karya
sastra masih banyak kesalahan pengetikan, serta banyak menggunakan kata-kata yang
tidak mudah diserap oleh masyarakat umum. Seperti pada kutipan kalimat”...menendang bola sekuat kanon...Van
Holden(pemimpin Distric Beheerder)...bergajul, diatas tikar lais, suara
entok (hlm1)...”. kata-kata itu tidak bisa diserap untuk kalangan umum melainkan
hanya untuk kalangan terbatas. Pada halaman 17 dalam novel Sebelas Patriot
karya Andrea Hirata terdapat kesalahan pengetikan di awal paragraf yaitu pada
kata “kabar” menjadi “sabar” dalam kalimat “Sabar soal kehebatan tiga saudara...”.
b.
Memiliki alur yang bisa
mengakibatkan konsentrasi pembaca pecah. Pada novel tersebut dari awal alur
sudah terarah secara progresif namun ditengah-tengah cerita alur kembali secara
flasback dan secara otomatis itu akan membuyarkan konsentrasi penuh pembaca saat
baca. Ketidakpaduan itu terdapat dalam kutipan “waktu demi waktu berlalu...para pemburu melawan dengan meracuni
sumur-sumur yang akan dilalui tentara Belanda.....” setelah itu pengarang
menceritakan kondisi atau keadaan yang di alami oleh Ikal, “setelah kejadian dengan luak bersama Trapani dan Mahar itu, kami masuk
sekolah...”(hlm 6-7). Padahal masih dalam subbab yang sama, tetapi pembahasannya
belum terarah secara progresif.
E. Unsur
Intrinsik Novel
Sebelas Patriot
1. Alur dan
Latar
No.
|
Alur
|
Latar
|
Deskripsi
|
1
|
Pengenalan
|
Suasana : tegang
|
Lalu aku
ditatapnya dengan tajam.
“Nama!”
“Ikal,
Pelatih Toharun!”
“Mau main
menjadi apa, Boi?”
“Sayap
kiri, Pelatih Toharun.”
“Bisa
menendang dengan kaki kiri?”
“Insya
Allah, Pelatih Toharun.”
(hlm.40)
|
2
|
Pengembangan
|
Suasana : bahagia
|
Dalam pada
itu, Ayah senang tak kepalang mengetahui aku telah berhasil menjadi pemain
sepak bola junior Provinsi Sumatra Selatan. Aku merasa bangga, bukan hanya
karena lolos seleksi, tapi cara Ayah memandangku mengisyaratkan bahwa aku
telah melanjutkan sesuatu yang tak dapat dilanjutkannya dulu. Perasaan itu
berarti lebih dari segala-galanya bagiku. (hlm.
55-56)
|
3
|
Konflik
|
Tempat : di dalam sebuah ruangan
Suasana : tegang
|
Hari
pengumuman yang ditunggu-tunggu itu tiba. Ratusan anak dikumpulkan di dalam
sebuah ruangan. Nama yang terpilih dipanggil satu per satu. Setiap ada nama
yang mirip dengan namaku dipanggil, tubuhku gemetar. Namun sampai jumlah
pemain yang diperlukan terpenuhi, aku tak mendengar namaku. (hlm.58)
|
4
|
Klimaks
|
Suasana : sedih
|
Pada
kesempatan usia terakhir untuk pemain junior, aku mengikuti seleksi lagi dan
gagal lagi. Pemain-pemain muda lain semakin hebat dan semakin banyak. Tak
tampak sedikit pun celah untuk menyalip mereka. Saat itu kusadari bahwa jika
aku memang ingin berkarier sepak bola melalui jalur pemain junior PSSI, maka
karierku sudah balik kanan bubar jalan, it’s over, finito, wassalam. (hlm.61)
|
5
|
Resolusi
|
Namun,
Kawan, menilik keadaanku sekarang, dimana anggota tubuhku telah berkembang
semaunya sendiri menyalahi prinsip-prinsip six packs, aku takkan
menyalahkanmu, jika¾kau katakan dengan brutal atau sekedar kau sembunyikan
dalam hatimu saja¾ bahwa aku membual soal hampir menjadi pemain PSSI itu.
Biarlah,
biarlah, sebab selebihnya, aku dan ayahku semakin setia pada PSSI. Silakan
kau atau siapa saja, berkata apa. Silakan orang ngomel-ngomel melihat PSSI
kalah, cinta kami tetap pada PSSI. (hlm.63-64)
|
2. Penokohan
No.
|
Nama
|
Watak
|
Deskripsi
|
1
|
Ikal (aku)
|
- Mudah penasaran
- Suka bertanya-tanya (memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi)
- Ambisius
- Bersungguh-sungguh
- Gigih dalam menggapai impian
- Tidak mudah putus asa
- Cinta tanah air
|
Aku curiga, mungkinkah foto inilah
yang membuat Ibu melarangku bermain-main dengan album ini? Sebab, ketika
memergokiku kemarin, foto itu yang sedang kupandang-pandang. (hlm.8)
Aku ingin sekali tahu kisah
dibalik foto itu. (hlm.26)
Jika berpergian bersamanya,
mulutku berkicau-kicau dan bertanya-tanya ini-itu, Ayah hanya diam atau
tersenyum. (hlm.9)
Demi mengetahui kisah dari pemburu
tua tentang ayah, aku makin gemar sepak bola dan tak ada hal lain dalam
kepalaku selain ingin menjadi pemain PSSI! Untuk menggantikan posisi Ayah
yang telah dirampas Belanda. Aku harus menjadi pemain PSSI! Apapun yang
terjadi. (hlm.38)
Aku bahkan berlatih sendiri diluar
jadwal Pelatih Toharun. Usai shalat Subuh, aku berlari keliling kampung. (hlm.42)
Lama kutatap, tiba-tiba aku merasa
menjadi anak tak berguna jika tahu ada kaos bertanda tangan asli Figo disitu
dan aku berlalu tanpa berusaha mendapatkannya demi paman-pamanku¾sang libero
dan pemain sayap kanan¾demi Pelatih Amin, demi keseluruhan cinta kami pada
sepak bola, dan terutama demi ayahku. (hlm.74)
Ketika Real Madrid berhasil
mencetak gol, puluhan ribu penonton berteriak, “Real! Real!” Aku berteriak,
“Indonesia! Indonesia!” Adriana berkali-kali menatapku, mungkin takjub
melihat bagaimana seseorang yang berasal dari sebuah pulau terpencil di
negeri antah berantah bisa berada di tengah ingarbingar Santiago Bernabéu. (hlm.99)
|
2
|
Ayah
|
-Sederhana
-Pendiam
-Penuh kasih sayang
-Tak banyak tingkah
-Pemberani
|
Maka Ayah, seperti semua orang
Melayu itu, hanyalah unsur sederhana dalam kronologi zaman, dan Ayah adalah
inti dari kesederhanaan itu karena sikapnya yang sangat pendiam, tak pernah
menuntut apa pun dari siapa pun, merasa tak perlu membuktikan apa pun pada
siapa pun, selain kasih sayang untuk keluarga, tak banyak tingkah. (hlm.3-4)
Seiring usia aku
semakin dekat dengan Ayah, dan Ayah tetaplah Ayah yang pendiam. (hlm.9)
Dia menolak bergabung
dengan tim penjajah kaumnya. Dengan membangkang, dia merasa telah membela
abang-abangnya, membela bangsanya. Itu sesungguhnya tindakan berani mati yang
tak terbayangkan akibatnya. (hlm.23)
|
3
|
Pelatih Toharun
|
- Berwibawa
- Sedikit kejam
- Cerewet
|
Jika berada di lapanangan sepak
bola, wibawa yang terpancar darinya sangat berbeda dari keadaannya
sehari-hari sebagai tukang gulung dinamo. (hlm.39)
Pelatih Toharun mendadar tim
junior tanpa ampun sampai kami muntah-muntah. (hlm.41)
Pada para defender, Pelatih
Toharun sedikit kejam, yaitu mereka disuruh membayangkan diri mereka sebagai
buah nangka. (hal.45)
Sebelum pertandingan, kami selalu
dimarahinya habis-habisan. Mulutnya cerewet mengingatkan posisi dan tugas
kami masing-masing dilapangan. Diancamnya kami dengan pedas agar kami jangan
sekali-kali kalah. (hlm.46-47)
|
4
|
Adriana
|
- Ramah
- Murah senyum
- Baik
- Pengertian
|
“Holá, buenas tardes...,” sapanya.
(hlm.72)
Dia memandangku lama. Kelereng
biru berawan-awan, lalu dia tersenyum. (hlm.74)
Dia tersenyum. Senyumnya riang. (hlm.85)
Dia tersenyum lebar. Dia tampak
senang melihatku melonjak-lonjak (hlm.85)
“Tak tahu mengapa, tapi aku tahu
kau pasti datang kembali. Kaos ini kusimpan untukmu.” (hlm.85)
“Mengapa kau yakin aku akan
kembali untuk kaos Figo itu?” tanyaku.
Adrian seperti mau menertawakan
dirinya sendiri.
“Karena aku tahu rasanya menjadi
penggila bola. Aku tahu kau pasti kembali.” (hlm.88-89)
|
5
|
Margarhita Vargas
|
- Tegas
- Kaku
- Baik
|
Margarhita Vargas berbadan tegap
dan tampak sangat fit. Umurnya mungkin 45 tahun dan segala hal tentang
dirinya adalah kaku. Rok panjangnya berbahan tebal yang kaku. Kemejanya yang
jelas kemeja laki-laki itu kaku. Kerah kemeja itu kaku. Bingkai kacamatanya
kaku. Rambutnya yang disemir hitam itu kaku. (hal.80)
“Segeralah ke Madrid,” katanya.
Sebelumnya telah kuceritakan padanya soal kaos Figo itu. Disalaminya aku
dengan erat. Sebersit tampak kesedihan. Mungkin dia mulai suka aku bekerja
sebagai pembantunya.
“Kalau kurang beruntung disana,
kembali lagi ke sini.”
“Terima kasih, Nyonya Vargas.” (hlm.83)
|
3. Sudut Pandang
Dalam novel
ini penulis menggunakan sudut pandang orang pertama.
4. Tema
Tema dalam Novel Sebelas Patriot ini adalah berkisar seputar sepak bola.
Dimana seorang anak mencintai dunia sepak bola, karena terinspirasi oleh
ayahnya yang dulu menjadi pemain sayap kiri yang berbakat alam luar biasa saat
penjajahan Belanda.
5. Amanat
·
Cinta sepak bola, adalah cinta buta yang paling menyenangkan.
·
Begitu besar cinta, begitu singkat waktu, begitu besar
kecewa, lalu tak ada hal selain menunggu pertandingan berikutnya, lalu
bergembira lagi. Sepak bola adalah satu-satunya cinta yang tak bersyarat di
dunia ini.
·
Jika ada hal lain yang sangat menakjubkan di dunia ini
selain cinta, adalah sepak bola.
·
Prestasi tertinggi seseorang, medali emasnya, adalah
jiwa besarnya.
·
Menjadi penggila bola berarti menjadi bagian dari
keajaiban peradaban manusia.
F. Analisis Unsur Ekstrinsik
Andrea Hirata, menghadirkan Sebelas Patriot sebagai
novel ketujuhnya dalam bahasa Indonesia. Sebelas Parriot adalah kisah yang
menggetarkan dan sangat inspiratif tentang cinta seorang anak, pengorbanan
seorang Ayah, makna menjadi orang Indonesia, dan kegigihan menggapai mimpi-mimpi.
Novel Sebelas Patriot adalah karya yang unik karena
untuk mendapatkan seluruh impresi secara utuh dari karya ini mesti pula
mendengarkan tiga buah lagu yang lirik dan aransemen musiknya diciptakan oleh
Andrea Hirata. Lagu-lagu tersebut berjudul “PSSI Aku Datang”, “Sebelas
Patriot”, dan “Sorak Indonesia”.
Lagu-lagu itu adalah lagu rakyat yang didesain untuk
dinyanyikan bersama-sama, lagu tentang semangat, lagu untuk para suporter, demi
meletupkan gelora cinta pada Indonesia, demi mendukung PSSI dan tim olahraga
Indonesia saat bertarung. Andrea Hirata mengajak seluruh rakyat Indonesia
pecinta PSSI untuk menyebut diri mereka sebagai Patriot PSSI. Cinta PSSI, Cinta
Indonesia, salam Patriot PSSI.