Minggu, 02 Juni 2013

Fasta, Eksekutor Bola Mati Tim "Garuda Muda"




Foto: Fasta saat diwawancarai


            Surabaya - Tim nasional Indonesia U-22, memang mempunyai bintang Andik Vermansyah. Tetapi jangan lupa, di benteng skuad "Garuda Muda", berdiri juga sosok belia yang selalu sigap menahan gempuran serangan lawan. Pemuda tinggi tegap yang bermain untuk Persebaya Surabaya itu bernama Nurmufid Fastabiqul Khoirot. Fasta, demikian ia kerap disapa, adalah pemecah kebuntuan ketika Indonesia melawan Timor Leste. Bek bertinggi 179 cm itu, melesakkan gol pertama bagi "Merah Putih" dengan tendangan bebas dari jarak 25 meter yang gagal ditangkap baik kiper Timor Leste, Ramos. Itu adalah gol kedua Fasta melalui tendangan bebas. Sebelumnya, gol dari cara yang sama, ditorehkannya saat Indonesia bermain imbang 1-1 melawan Singapura.
Sejak itu ia pun kerap menjadi pilihan utama untuk mengambil bola-bola mati skuad muda Indonesia. "Aku memang sering mencetak gol dari tendangan bebas, sejak masih berlatih di sekolah sepak bola. Aku bersyukur bisa terus melakukannya hingga saat ini," ujar Fasta. Darah bola Lahir di Surabaya, 25 April 1991, Fasta lahir di lingkungan keluarga yang dekat dengan olahraga. Ayahnya, Mufid, adalah guru olahraga, sedangkan ibunya, Sulikan, seorang ibu rumah tangga. Sejak kecil, ia sudah dikenalkan dengan sepak bola, dengan masuk salah satu SSB di Surabaya. "Orang tua ingin anaknya ikut kegiatan, maka aku dimasukan ke dalam SSB, daripada ikut orang-orang yang tidak benar. Apalagi, di kampungku, sepak bola begitu digandrungi. Tapi, banyak orang masuk tim junior, namun ketika ia besar tidak ada yang masuk tim," aku Fasta yang pertama kali dibelikan sepatu bola oleh ayahnya saat duduk di kelas 3 SD.
Fasta memulai kariernya di Persebaya Junior pada 2006. Empat tahun membela skuad muda "Bajul Ijo", ia sempat memperkuat Pekan Olahraga Pelajar Daerah, dan Tim Ponprov Jawa Timur Setelah itu, pengidola Alessandro Nesta ini sempat memperkuat Persela Lamongan, sebelum bergabung bersama tim senior Persebaya. "Karena itu, aku tidak mungkin bisa seperti sekarang kalau tidak berkat dari dukungan orangtua. Aku akan berusaha terus meningkatkan karier di sepak bola profesional untuk mereka. Aku siap untuk bersaing dengan pemain mana pun demi menggapai cita-citaku ini," kata Fasta. Terbaik Fasta mengaku saat ini dirinya akan selalu memberikan yang terbaik bagi timnas. Pemain berusia 21 tahun ini, ingin membuktikan bahwa dirinya bersama rekan-rekannya memang pantas masuk ke skuad "Garuda Muda". Pernyataan Fasta memang cukup beralasan. Maklum saja, di skuad Indonesia U-22 saat ini memang berisikan pemain-pemain yang minim akan jam terbang. Bahkan dari 23, pemain tujuh dan delapannya adalah pemain amatir. Hanya, gelandang Persebaya Surabaya, Andik Vermansyah dan Hendra Adi Bayauw yang memiliki jam terbang cukup tinggi. "Aku sempat takut ketika kemarin para penonton melemparkan botol ke dalam lapangan ketika dikalahkan Australia, apakah karena permainan kami jelek sehingga membuat mereka kecewa atau bagaimana. Kalau memang iya, aku minta maaf. Tetapi, kami akan selalu terus bermain maksimal demi mereka dan bangsa Indonesia," tutup Fasta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar